Grobogan, KIM.
Disaat awal musim kemarau seperti sekarang ini, banyak para petani masih mengandalkan tanaman palawija seperti jagung, ketela dan sebagainya. Namun tidak demikian halnya dengan beberapa petani desa Tarub Tawangharjo. Mereka mulai bereksplorasi menanam belimbing di lahan sawahnya.
Robi, salah satunya. Petani dari desa Tarub ini mulai menanam belimbing di lahan sawahnya. Cara memelihara tanaman belimbing ia pelajari dari tetangganya yang sudah terlebih dahulu berhasil bertani belimbing.
" saya belajar menanam belimbing dari tetangga, ya karena dia berhasil, saya jadi pengen nanem", kata Robi kepada KIM pekan lalu.
Dia pun berusaha keras agar tanaman belimbingnya bisa besar dan tidak mudah busuk, dengan cara memperhatikan asupan pupuk serta air. Tidak hanya itu, Robi setiap hari memastikan pembungkus plastik buah belimbingnya serta mengecek satu demi satu.
"Belimbing ini harus saya bungkus dan cek setiap hari, agar tidak dimakan lalat buah, kan lalat buah itu bisa membuat belimbing cepat busuk", jelasnya.
Robi pun menceritakan kendalanya saat bertani belimbing. Dia menuturkan bahwa saat musim kemarau dia harus memompa air sungai karena tanaman belimbing membutuhkan air yang cukup. Terlebih, saat air sungai tak lagi mengalir di puncak musim kemarau beberapa bulan mendatang, dia harus membuat sumur buatan agar tanaman belimbingnya tidak mati.
KIM sempat mencicipi belimbing tanaman Robi itu, dan rasanya memang layak untuk dikomersilkan.
Ali, warga Ngraji, yang sempat memetik buah belimbing untuk dibeli pun berujar bahwa kebun belimbing desa Tarub ini ia tahu dari anaknya yang sempat piknik.
"Anak saya yang TK kemarin piknik ke sini, terus cerita, lha setelah itu saya ajak istri dan anak ke sini untuk memetik belimbing", ujarnya.